Aku mengecap
Rasa kehidupan adalah yang ternikmat
Di hadapan perawan belantara aku membaui aroma tanah basah dan bau hujan.
Wewangian hidup terbaik sepanjang asa.
Aku menetap sesaat di kesunyian
Mendengarkan keheningan yang mengalun perlahan.
Percayalah teman ! Itu adalah suara terbaik yang bisa diperdengarkan bumi padamu.
Detak jantungmu akan menyesuaikan ritmenya. Beriringan… Bersahutan.
Kanon sempurna yang kemudian ditimpali alunan nafasmu
Sangat hidup.
Aku melihat
Betapa waktu mengubahkan banyak
Biji rapuh itu kini menjelma jadi rindangnya pohon
Demikianlah orang-orang yang kukenal
Mereka berbuah. Manis, asam segar, pahit enak
Ada yang melesat layaknya meteor, lainnya berarak serupa awan
Semua baik adanya.
Mimpi-mimpi mereka bertaburan. .. Menggantung, menunggu diraih sang empunya.
Satu mati, hilang berganti.
Langit kita satu
Namun cukup untuk menggantungkan impianmu.
(Lalu kenapa kamu takut bermimpi ??)
Seperti langit Jakarta yang merindu bintang, seperti itulah pertemanan hidup dan mimpimu
Namun....., janganlah lupakan bumi tempatmu berpijak
Biarlah beliau menjadi tempat berpinaknya akarmu, hingga tak sulit kau memanjat impian
Dan jika kau hidup sedikit lebih lama, kau akan melihat mimpi itu hidup, dan tangan-tangan mereka merambah.
Hingga ke seberang lautan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar