12 Feb 2009

Simfoni

Aku mengecap

Rasa kehidupan adalah yang ternikmat

Di hadapan perawan belantara aku membaui aroma tanah basah dan bau hujan.

Wewangian hidup terbaik sepanjang asa.

Aku menetap sesaat di kesunyian

Mendengarkan keheningan yang mengalun perlahan.

Percayalah teman ! Itu adalah suara terbaik yang bisa diperdengarkan bumi padamu.

Detak jantungmu akan menyesuaikan ritmenya. Beriringan… Bersahutan.

Kanon sempurna yang kemudian ditimpali alunan nafasmu

Sangat hidup.

Aku melihat

Betapa waktu mengubahkan banyak

Biji rapuh itu kini menjelma jadi rindangnya pohon

Demikianlah orang-orang yang kukenal

Mereka berbuah. Manis, asam segar, pahit enak

Ada yang melesat layaknya meteor, lainnya berarak serupa awan

Semua baik adanya.

Mimpi-mimpi mereka bertaburan. .. Menggantung, menunggu diraih sang empunya.

Satu mati, hilang berganti.

Langit kita satu

Namun cukup untuk menggantungkan impianmu.

(Lalu kenapa kamu takut bermimpi ??)

Seperti langit Jakarta yang merindu bintang, seperti itulah pertemanan hidup dan mimpimu

Namun....., janganlah lupakan bumi tempatmu berpijak

Biarlah beliau menjadi tempat berpinaknya akarmu, hingga tak sulit kau memanjat impian

Dan jika kau hidup sedikit lebih lama, kau akan melihat mimpi itu hidup, dan tangan-tangan mereka merambah.

Hingga ke seberang lautan.

Tidak ada komentar: